Ada-ada saja perilaku manusia di dunia ini. Seperti yang terjadi di Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Kuburan atas nama Sapani (70), warga setempat, yang baru sehari dikubur dibongkar orang tak dikenal.
Ironisnya, kejadian ini bertepatan dengan datangnya Bulan Ramadan tahun ini. Lebih gila lagi, pelaku yang diduga lebih dari satu orang, itu mengambil tiga tali pocong yang mengikat di tubuh mayat.
Tiga tali pocong yang hilang semula mengikat di bagian atas kepala, badan, serta kaki. Kejadian ini kontan membuat geger warga Desa Bagorejo.
"Hari gini, masih ada saja yang melakukannya," kata Kepala Desa Bagorejo, Djoko Purnomo, keheranan saat berada di lokasi, Rabu (11/08/2010).
Kejadian langka itu baru diketahui oleh warga pada pagi hari ini, sekitar pukul 09.00 WIB. Berawal dari seorang pengunjung makam bernama Thoyib, akan menabur bunga di salah satu makam yang tak lain pusara saudaranya.
Namun saat melewati lokasi, ia curiga dengan keberadaan beberapa papan kayu yang berserakan. Setelah diamati seksama, papan kayu tersebut tak lain adalah papan penutup yang biasanya dikubur bersama mayat.
Kecurigaan semakin bertambah, ketika Thoyib melihat makam almarhum Sapani, dalam kondisi amburadul. Di makam yang tanahnya masih basah itu, terlihat banyak bekas galian yang tak selesai.
Batu nisan makam Sarpani juga diketahui copot dari tempatnya berada. Kejanggalan ini akhirnya langsung dilaporkan Thoyib ke juru kunci makam.
"Selanjutnya, Pak Thoyib lapor ke juru kunci, dan diteruskan kepada kami," jelas Sujito (45), anak sulung almarhum Sapani, pada detiksurabaya.com seusai membenahi makam almarhum.
Khawatir terjadi apa-apa dengan mayat, pihak keluarga akhirnya menggali makam
korban. Tujuannya untuk memeriksa mayat, apakah dalam kondisi utuh atau tidak.
Penggalian disaksikan oleh ratusan warga, aparat Desa Bagorejo, serta petugas Polsek Srono. Hasilnya, hanya tiga tali pocong saja yang hilang. Selebihnya, kondisi mayat masih utuh.
"Alhamdulillah masih utuh," tambah Sugito.
Sarpani meninggal dunia karena sakit, tepat di hari Selasa Kliwon (kalender Jawa). Atau jelang datangnya Bulan Ramadan tahun ini. Biasanya orang yang meninggal di hari itu, makamnya akan dijaga warga.
Langkah itu dilakukan setidaknya tujuh hari tujuh malam. Sebagian orang Jawa, khususnya di Banyuwangi, percaya, bahwa orang yang meninggal dunia di hari Selasa Kliwon, bagian tubuhnya atau kain kafannya dapat berguna sebagai ajimat.
Sebab itu, makam seperti milik almarhum Sarpani menjadi incaran para penganut ilmu hitam tersebut.
Namun warga tak menyangka di era modern ini, masih ada saja yang mempercayai hal itu. Terlebih hingga membongkar kuburan dan mencuri bagian dari mayat.[detiksurabaya]
Ironisnya, kejadian ini bertepatan dengan datangnya Bulan Ramadan tahun ini. Lebih gila lagi, pelaku yang diduga lebih dari satu orang, itu mengambil tiga tali pocong yang mengikat di tubuh mayat.
Tiga tali pocong yang hilang semula mengikat di bagian atas kepala, badan, serta kaki. Kejadian ini kontan membuat geger warga Desa Bagorejo.
"Hari gini, masih ada saja yang melakukannya," kata Kepala Desa Bagorejo, Djoko Purnomo, keheranan saat berada di lokasi, Rabu (11/08/2010).
Kejadian langka itu baru diketahui oleh warga pada pagi hari ini, sekitar pukul 09.00 WIB. Berawal dari seorang pengunjung makam bernama Thoyib, akan menabur bunga di salah satu makam yang tak lain pusara saudaranya.
Namun saat melewati lokasi, ia curiga dengan keberadaan beberapa papan kayu yang berserakan. Setelah diamati seksama, papan kayu tersebut tak lain adalah papan penutup yang biasanya dikubur bersama mayat.
Kecurigaan semakin bertambah, ketika Thoyib melihat makam almarhum Sapani, dalam kondisi amburadul. Di makam yang tanahnya masih basah itu, terlihat banyak bekas galian yang tak selesai.
Batu nisan makam Sarpani juga diketahui copot dari tempatnya berada. Kejanggalan ini akhirnya langsung dilaporkan Thoyib ke juru kunci makam.
"Selanjutnya, Pak Thoyib lapor ke juru kunci, dan diteruskan kepada kami," jelas Sujito (45), anak sulung almarhum Sapani, pada detiksurabaya.com seusai membenahi makam almarhum.
Khawatir terjadi apa-apa dengan mayat, pihak keluarga akhirnya menggali makam
korban. Tujuannya untuk memeriksa mayat, apakah dalam kondisi utuh atau tidak.
Penggalian disaksikan oleh ratusan warga, aparat Desa Bagorejo, serta petugas Polsek Srono. Hasilnya, hanya tiga tali pocong saja yang hilang. Selebihnya, kondisi mayat masih utuh.
"Alhamdulillah masih utuh," tambah Sugito.
Sarpani meninggal dunia karena sakit, tepat di hari Selasa Kliwon (kalender Jawa). Atau jelang datangnya Bulan Ramadan tahun ini. Biasanya orang yang meninggal di hari itu, makamnya akan dijaga warga.
Langkah itu dilakukan setidaknya tujuh hari tujuh malam. Sebagian orang Jawa, khususnya di Banyuwangi, percaya, bahwa orang yang meninggal dunia di hari Selasa Kliwon, bagian tubuhnya atau kain kafannya dapat berguna sebagai ajimat.
Sebab itu, makam seperti milik almarhum Sarpani menjadi incaran para penganut ilmu hitam tersebut.
Namun warga tak menyangka di era modern ini, masih ada saja yang mempercayai hal itu. Terlebih hingga membongkar kuburan dan mencuri bagian dari mayat.[detiksurabaya]
0 Response to "Heboh, Pencuri Tali Pocong Bergentayangan di Banyuwangi"
Post a Comment